Landasan TIK untuk Pembelajaran jarak jauh
Sejak kecil anak sudah dirawat, dibimbing dan diarahkan untuk menjadi manusia yang seutuhnya. Seiring dengan bertambahnya usia maka anak membutuhkan pendampingan dari seseorang atau lembaga khusus untuk membantu anak mengembangkan potensi dalam dirinya, memperoleh dan membangun ilmu pengetahuan yang dibutuhkan anak di masa depannya, dan mengembangkan kemampuan beradaptasi serta bersosialisasi dengan orang lain di luar komunitas keluarganya
Informasi sudah merupakan ‘komoditi’ sebagai layaknya barang ekonomi yang lain. Peran informasi menjadi kian besar dan nyata dalam dunia modern seperti sekarang ini. Hal ini bisa dimengerti karena masyarakat sekarang menuju pada era masyarakat informasi (information age) atau masyarakat ilmu pengetahuan (knowledge society).Oleh karena itu, tidak mengherankan kalau ada perguruan tinggi yang menawarkan jurusan informasi atau teknologi informasi, maka perguruan tinggi tersebut berkembang menjadi pesat.
Berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi sangat pesat baik di negara-negara maju maupun negara yang sedang berkembang seperti di indonesia. Kehadiran teknologi informasi dan komunikasi ini memberikan perubahan secara revolusioner terhadap cara hidup dan aktivitas manusia sehari-hari, tanpa terkecuali dalam dunia pendidikan juga mengalami kemajuan yang sangat pesat terutama dengan adanya pendidikan jarak jauh yang dapat menjakau seluruh lapisan masarakat , dalam rangka pememrataan pendidikan di indonesia.
Landasan teoritis untuk teori kognitif pembelajaran multimedia (CTML) berasal dari beberapa teori kognitif termasuk model memori kerja Baddeley, teori pengkodean ganda Paivio, dan Teooleh Sweller. Sebagai teori belajar kognitif, teori ini berada di bawah kerangka ilmu kognitif yang lebih besar dan model pemrosesan informasi dari kognisi. Model pemrosesan informasi menyarankan beberapa penyimpanan informasi (memori) yang diatur oleh proses yang mengubah stimulus menjadi informasi (Moore, Burton & Myers, 2004). Ilmu kognitif mempelajari sifat otak dan bagaimana ia belajar dengan menggambar dari penelitian di sejumlah bidang termasuk psikologi, ilmu saraf, kecerdasan buatan, ilmu komputer, linguistik, filsafat, dan biologi. Istilah kognitif mengacu pada memahami dan mengetahui.Landasan Filosofis
Berdasarkan
tinjauan dari falsafah ilmu, setiap pengetahuan mempunyai 3 (tiga) komponen
yang merupakan tiang penyangga tubuh pengetahuan yang didukungnya. Ketiga
komponen tersebut adalah kajian filosofi meliputi, Ontologi, epistimologi dan
aksiologi. Ontologi merupakan azas yang mengungkapkan ruang lingkup wujud yang
menjadi objek penelaahan, serta penafsiran tentang hakekat realitas dari objek
tersebut. Epistimologi merupakan azaz mengenai cara bagaimana materi
pengetahuan diperoleh dan disusun menjadi suatu tubuh pengetahuan. Sedangkan
aksiologi merupakan azas dalam menggunakan pengetahuan yang diperoleh dan
disusun dalam tubuh pengetahuan tersebut. (Miarso, 2007: 103)
Pada hakekatnya manusia selalu mencari
perubahan dalam setiap sendi kehidupan. Dalam faham sistem pendidikan kita yang
menganut faham progresivisme, mengakui dan berusaha mengembangkan azas
progresivisme dalam realitas kehidupan, agara amanusia bisa survive menghadapi
semua tantangan kehidupan termasuk dengan teknologi informasi dan komunikasi.
Dengan kata lain dalm kontek pendidikan kita selalu dituntut untuk melakukan inovasi,
mencari pola-pola yang tepat untuk mempermudah dalam proses belajar mengajar
termasuk diantara dengan senantiasa memanfaatkan teknologi untuk kemajuan
pendidiakan. Seperti yang dikatakan oleh Brinkmann (1971) bahwa Teknologi
merupakan penerapan ilmu, dengan demikian bahwa dalam penerapan teknologi
komunikasi dalam pendidikan diharapakan membuka cakrawalan keilmuan yang
dilandasi oleh semangat mencari dan berinovasi dengan segala fasilitas yang
diberikan. Oleh karena itu paham progresivisme tidak mengakui kemutlakan
kehidupan, menolak absolutisme dan otoritarianisme dalam segala bentuknya.
Nilai-nilai yang diambil oleh filsafat
ini bersifat dinamis dan selalu mengalami perubahan, sebagaimana yang
dikebangkan oleh Immanuel Khan. Progresivisme juga dianggap sebagai the liberal
root of culture maksudnya, nilai-nilai yang diambil oleh faham ini fleksibel
terhadap perubahan, toleran dan terbuka, dan menuntut pribadi para penganutnya
bersifat penjelajah dan meneliti, guna mengembangkan pengalaman mereka. Tampaknya
faham progresivisme menuntut keada para penganutnya untuk selalu maju dalam
artian bertindak secara konstruktif, inovatif, reformatif, aktif dan dinamis.
Begitu juga halnya dengan pendidikan, paham-paham progresivisme selalu diadopsi
guna untuk mencari inovasi yang tepat dalam menunjang proses belajar mengajar
(PBM). PBM tidak harus selalu dibatasi oleh ruang dan waktu; tatap muka antara
murid dengan guru dalam satu ruang, dan buku sebagai bahan utama dalam
pembelajaran (sumber belajar), akan tetapi lebih variatif dan terbuka. Belajar
bisa dilakukan dimana saja, dengan cara apa saja dan kapan saja agar tujuan
pendidikan nasional bisa tercapai.
Landasan Yuridis
Dari aspek
hukum, Indonesia belum memiliki peraturan perundang-undangan yang komprehensif
yang mengatur keberadaan TIK serta mengendalikan penggunaan TIK dalam koridor
yang bisa dipertanggung jawabkan. Saat ini, RUU Informasi dan Transaksi
Elektronik masih dalam tahap pembahasan di Dewan Perwakilan Rakyat yang
selanjutnya akan disahkan menjadi Undang-Undang. Selain itu, perlu adanya
revisi sejumlah peraturan perundang-undangan yang tidak sesuai dengan kondisi
serta perkembangan TIK yang semakin konvergen. Saat ini UU Penyiaran dan UU
Telekomunikasi merupakan dua domain yang terpisah sehingga belum mampu menjawab
kebutuhan akan perkembangan TIK yang semakin konvergen nantinya.
Berdasarkan UU
Nomor 14/2005 tentang Guru dan Dosen telah diputuskan bahwa “Setiap Guru harus
dapat memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan
penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik”. Namun pada kenyataannya
masih banyak guru-guru khususnya yang berada di marjin perkotaan dan pedesaan
belum menguasai apalagi memanfaatkan TIK secara utuh di dalam proses belajar
mengajar. Sejumlah kendala infrastruktur jaringan listrik dan telekomunikasi
merintangi akses guru ke TIK.
Pendidikan berdasarkan Landasan Teoritis
Dalam menghadapi
tantangan kehidupan modern di abad-21 ini kreativitas dan kemandirian sangat
diperlukan untuk mampu beradaptasi dengan berbagai tuntutan. Kreativitas sangat
diperlukan dalam hidup ini dengan beberapa alasan antara lain : pertama,
kreativitas memberikan peluang bagi individu untuk mengaktualisasikan dirinya,
kedua, kreativitas memungkinkan orang dapat menemukan berbagai alternatif dalam
pemecahan masalah, ketiga, kreativitas dapat memberikan kepuasan hidup, dan
keempat, kreativitas memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya.
Dari segi
kognitifnya, kreativitas merupakan kemampuan berfikir yang memiliki kelancaran,
keluwesan, keaslian, dan perincian. Sedangkan dari segi afektifnya kreativitas
ditandai dengan motivasi yang kuat, rasa ingin tahu, tertarik dengan tugas
majemuk, berani menghadapi resiko, tidak mudah putus asa, menghargai keindahan,
memiliki rasa humor, selalu ingin mencari pengalaman baru, menghargai diri
sendiri dan orang lain, dsb. Karya-karya kreatif ditandai dengan orisinalitas,
memiliki nilai, dapat ditransformasikan, dan dapat dikondensasikan. Selanjutnya
kemandirian sangat diperlukan dalam kehidupan yang penuh tantangan ini sebab
kemandirian merupakan kunci utama bagi individu untuk mampu mengarahkan dirinya
ke arah tujuan dalam kehidupannya. Kemandirian didukung dengan kualitas pribadi
yang ditandai dengan penguasaan kompetensi tertentu, konsistensi terhadap
pendiriannya, kreatif dalam berfikir dan bertindak, mampu mengendalikan
dirinya, dan memiliki komitmen yang kuat terhadap berbagai hal.
Untuk dapat
memanfaatkan TIK dalam memperbaiki mutu pembelajaran, ada tiga hal yang harus
diwujudkan yaitu (1) siswa dan guru harus memiliki akses kepada teknologi
digital dan internet dalam kelas, sekolah, dan lembaga pendidikan guru, (2)
harus tersedia materi yang berkualitas, bermakna, dan dukungan kultural bagi
siswa dan guru, dan (3) guru harus memiliki pengetahuan dan ketrampilan dalam
menggunakan alat-alat dan sumber-sumber digital untuk membantu siswa agar
mencapai standar akademik. Sejalan dengan pesatnya perkembangan TIK, maka telah
terjadi pergeseran pandangan tentang pembelajaran baik di kelas maupun di luar
kelas.
Hal itu telah mengubah peran guru dan
siswa dalam pembelajaran. Peran guru telah berubah dari: (1) sebagai penyampai
pengetahuan, sumber utama informasi, akhli materi, dan sumber segala jawaban,
menjadi sebagai fasilitator pembelajaran, pelatih, kolaborator, navigator
pengetahuan, dan mitra belajar; (2) dari mengendalikan dan mengarahkan semua
aspek pembelajaran, menjadi lebih banyak memberikan lebih banyak alternatif dan
tanggung jawab kepada setiap siswa dalam proses pembelajaran. Sementara itu peran
siswa dalam pembelajaran telah mengalami perubahan yaitu: (1) dari penerima
informasi yang pasif menjadi partisipan aktif dalam proses pembelajaran, (2)
dari mengungkapkan kembali pengetahuan menjadi menghasilkan dan berbagai
pengetahuan, (3) dari pembelajaran sebagai aktiivitas individual (soliter)
menjadi pembelajaran berkolaboratif dengan siswa lain.
Dalam bukunya yang berjudul “Reinventing
Education”, Louis V. Gerstmer, Jr. dkk (1995), menyatakan bahwa di masa-masa
mendatang peran-peran guru mengalami perluasan yaitu guru sebagai: pelatih
(coaches), konselor, manajer pembelajaran, partisipan, pemimpin, pembelajar,
dan pengarang.
1.
Sebagai
pelatih (coaches), guru harus memberikan peluang yang sebesar-besarnya bagi
siswa untuk mengembangkan cara-cara pembelajarannya sendiri sesuai dengan
kondisi masing-masing. Guru hanya memberikan prinsip-prinsip dasarnya saja dan
tidak memberikan satu cara yang mutlak. Hal ini merupakan analogi dalam bidang
olah raga, di mana pelatih hanya memberikan petunjuk dasar-dasar permainan,
sementara dalam permainan itu sendiri para pemain akan mengembangkan
kiat-kiatnya sesuai dengan kemampuan dan kondisi yang ada.
2.
Sebagai
konselor, guru harus mampu menciptakan satu situasi interaksi belajar-mengajar,
di mana siswa melakukan perilaku pembelajaran dalam suasana psikologis yang
kondusif dan tidak ada jarak yang kaku dengan guru. Disamping itu, guru
diharapkan mampu memahami kondisi setiap siswa dan membantunya ke arah
perkembangan optimal.
3.
Sebagai
manajer pembelajaran, guru memiliki kemandirian dan otonomi yang seluas-luasnya
dalam mengelola keseluruhan kegiatan belajar-mengajar dengan mendinamiskan
seluruh sumber-sumber penunjang pembelajaran.
4.
Sebagai
partisipan, guru tidak hanya berperilaku mengajar akan tetapi juga berperilaku
belajar dari interaksinya dengan siswa. Hal ini mengandung makna bahwa guru
bukanlah satu-satunya sumber belajar bagi anak, akan tetapi ia sebagai
fasilitator pembelajaran siswa.
5.
Sebagai
pemimpin, diharapkan guru mampu menjadi seseorang yang mampu menggerakkan orang
lain untuk mewujudkan perilaku menuju tujuan bersama. Disamping sebagai
pengajar, guru harus mendapat kesempatan untuk mewujudkan dirinya sebagai pihak
yang bertanggung jawab dalam berbagai kegiatan lain di luiar mengajar.
6.
Sebagai
pembelajar, guru harus secara terus menerus belajar dalam rangka menyegarkan
kompetensinya serta meningkatkan kualitas profesionalnya.
7.
Sebagai
pengarang, guru harus selalu kreatif dan inovatif menghasilkan berbagai karya
yang akan digunakan untuk melaksanakan tugas-tugas profesionalnya. Guru yang
mandiri bukan sebagai tukang atau teknisi yang harus mengikuti satu buku
petunjuk yang baku, melainkan sebagai tenaga yang kreatif yang mampu
menghasilkan berbagai karya inovatif dalam bidangnya. Hal itu harus didukung oleh
daya abstraksi dan komitmen yang tinggi sebagai basis kualitas
profesionaliemenya.Ilmuwan kognitif berusaha memahami proses mental seperti memahami, berpikir, mengingat, memahami bahasa, dan belajar (Stillings, Weisler, Chase, Feinstein, Garfield, & Rissland, 1995). Dengan demikian, ilmu kognitif dapat memberikan wawasan yang kuat ke dalam sifat manusia, dan, yang lebih penting, potensi manusia untuk mengembangkan metode yang lebih efisien menggunakan teknologi instruksional (Sorden, 2005).
Pembelajaran Jarak Jauh ( Distance Education ) adalah suatu sistem pembelajaran yang terbagi menjadi tiga yaitu Online Learning , E- Learning, dan Distance Education. Online Learning adalah suatu sistem pembelajaran Web Based Learning yang memanfaatkan internet sebagai sumber belajar atau informasi dengan tujuan memperbaiki infrastruktur lembaga pengguna yaitu melengkapi sarana dan prasarana pendidikan dan meningkatkan kualitas SDM , sebagai sosialisasi dan bimbingan yang lebih insentif kepada semua siswa. Sedangkan E-Learning atau Tecnology Based Learning yaitu memanfaatkan teknologi elektronik sebagai media pembelajaran, E-Learning digunakan untuk mengembangkan sistem pembelajaran, E-Learning dapat berjalan dengan baik apabila tersedianya sistem jaringan yang memadai dan meningkatkan kualitas SDM
Sedangkan Distance Education adalah integrated system yang memanfaatkan teknologi elektronik dan jaringan sebagai sistem pembelajaran yang digunakan dalam pendidikan jarak jauh di mana siswa tidak perlu bertemu langsung dan guru selama proses Kegiatan Belajar Mengajar lebih banyak menggunakan TIK sebagai wadah sarana pembelajaran, menggunakan komputer untuk mengajar atau memberikan materi pada peserta didik. Sistem ini biasa digunakan dalam SMP Terbuka dan Universitas Terbuka.
Pembelajaran jarak jauh (bahasa Inggris: distance education) adalah pendidikan formal berbasis lembaga yang peserta didik dan instrukturnya berada di lokasi terpisah sehingga memerlukan sistem telekomunikasi interaktif untuk menghubungkan keduanya dan berbagai sumber daya yang diperlukan di dalamnya. pembelajaran elektronik (e-learning) atau pembelajaran daring (online) merupakan bagian dari pendidikan jarak jauh yang secara khusus menggabungkan teknologi elektronika dan teknologi berbasis internet.
Pembelajaran jarak jauh (bahasa Inggris: distance education) adalah pendidikan formal berbasis lembaga yang peserta didik dan instrukturnya berada di lokasi terpisah sehingga memerlukan sistem telekomunikasi interaktif untuk menghubungkan keduanya dan berbagai sumber daya yang diperlukan di dalamnya. pembelajaran elektronik (e-learning) atau pembelajaran daring (online) merupakan bagian dari pendidikan jarak jauh yang secara khusus menggabungkan teknologi elektronika dan teknologi berbasis internet.
Sementara itu, pengertian teknologi komunikasi atau biasa
disebut juga teknologi telekomunikasi adalah teknologi yang berhubungan dengan
komunkasi jarak jauh. Termasuk dalam kategori teknologi ini adalah telepon,
radio, dan televisi (Kadir, 2005:3). Teknologi komunikasi di definisikan pula
sebagai peralatan perangkat keras (hardware) dalam sebuah struktur organisasi
yang mengandung nilai-nilai sosial, yang memungkinkan setiap individu
mengumpulkan, memproses, dan saling tukar menukar informasi dengan individu-individu
lainnya
Landasan TIK untuk pembelajaran jarak jauh :
1). Adanya
keterpisahan antara guru dan siswa selama proses belajar,
2) Adanya pengaruh
dari institusi penyelenggara sehingga membedakannya dengan belajar sendiri di
rumah,
3) Adanya pemanfaatan
media yang beragam baik elektronik maupun non elektronik,
4) Tersedianya
fasilitas komunikasi dua arah,
5) Adanya pertemuan
yang tidak terlalu sering, baik untuk ke[entingan belajar kelompok maupun
sosialisasi, dan
6) Adanya proses
pengelolaan yang mirip dengan manajemen di dunia industri.
- Fungsi : memberikan layanan pendidi masyarakat yang tidak dapat mengiku tatap muka atau reguler (UU SISDIKNAS Pasal 31 ayat (2))
- Tujuan : meningkatkan perluasa pendidikan, serta meningkatkan pendidikan (PP 17 Pasal 118 ayat (1))
Proses Pembelajaran Pendidikan Jarak Jauh
- Memiliki rancangan belajar yang jelas dan dipatuhi pelaksanaannya: belajar mandiri, belajar terbimbing, belajar di kampus, residensial, terstruktur, menggunakan beragam sumber belajar.
- Memanfaatkan sumber belajar yang tidak harus berada pada satu tempat yang sama dengan peserta didik.
- Menggunakan modus pembelajaran yang peserta didik dengan pendidiknya terpisah; menekankan belajar secara mandiri, terstruktur, dan terbimbing dengan menggunakan berbagai sumber belajar.
- Menekankan interaksi pembelajaran berbasis TIK, meskipun tetap memungkinkan adanya pembelajaran tatap muka secara terbatas.
- Menggunakan bahan ajar dalam bentuk e-learning dan kombinasinya dengan bahan ajar lain dalam beragam bentuk, format, media dan dari beragam sumber.
- Sumber belajar tersebut merupakan bahan ajar dan berbagai informasi yang dikembangkan dan dikemas dalam beragam bentuk berbasis TIK, yang digunakan dalam proses pembelajaran.
- Memanfaatkan media pembelajaran berbasis TIK sebagai sumber belajar yang dapat diakses setiap saat.
Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh...
BalasHapusTerima kasih telah berbagi pengetahuan dan wawasan mengenai Landasan TIK untuk Pembelajaran Jarak Jauh. Perkenankan untuk sedikit menambahkan ulasan mengenai hal tersebut.
Seperti yang telah dibahas pada pertemuan kelas bersama dosen pengampu Mata Kuliah Pembelajaran Jarak Jauh bahwa peran TIK (ICT) terkait dengan tujuan pembelajaran maka tidak terlepas dari peranan TIK tersebut secara general, yaitu:
1. Mempermudah akses terhadap sesuatu;
2. Meningkatkan aspek efisiensi;
3. Memfasilitasi proses pembelajaran;
4. Mendukung proses pengajaran;
5. Membantu dalam pembentukan skill atau keterampilan/kecakapan;
6. Dapat beradaptasi dengan perubahan/dinamika lingkungan;
7. Bermanfaat pada proses perencanaan dan manajemen;
8. Dapat membentuk jaringan komunitas yang akan mengakui eksistensi kita.
Nah, itu beberapa hal diantaranya yang harus kita akui dan pahami bersama bahwa kebutuhan akan TIK (ICT) sudah sangat menyelimuti kehidupan kita dalam berbagai aspek baik ekonomi, sosial, politik, pendidikan, kesehatan dan lain sebagainya.
Kita membutuhkan TIK untuk proses pembelajaran yang efektif, untuk semua hal, untuk kapan saja dan di mana saja.
Dan yang terakhir mungkin sedikit mengkritisi untuk daftar rujukan yang digunakan dalam penulisan ulasan ini apakah diperlukan? dan font huruf dari ulasan di atas apakah sengaja dibuat berbeda-beda?
Demikian dan mohon maaf jika kurang berkenan.. Tetap Semangattt
Assalamu'alaikum wr.wb
BalasHapusterimakasih telah berbagi tulisan yang telah menginspirasi....
menurut saya, dalam tulisan membahas berbagai landasan pada penggunaan TIK dalam pembelajaran jarak jauh, dimulai dari landasan teoritis, landasan yuridis, landasan filosofis. Tapi belum tertulis secara rinci tentang pemanfaatan ICT dalam pembelajaran jarak jauh dari suatu pândang masing-masing landasan tersebut. Kemudian, ada yang perlu ditambahkan beberapa manfaat ICT dalam pembelajaran jarak jauh yaitu :Mempermudah akses terhadap sesuatu;
2. Meningkatkan aspek efisiensi;
3. Memfasilitasi proses pembelajaran;
4. Mendukung proses pengajaran;
5. Membantu dalam pembentukan skill atau keterampilan/kecakapan;
6. Dapat beradaptasi dengan perubahan/dinamika lingkungan;
7. Bermanfaat pada proses perencanaan dan manajemen;
8. Dapat membentuk jaringan komunitas yang akan mengakui eksistensi kita.
Nah, itu beberapa hal diantaranya yang harus kita akui dan pahami bersama bahwa kebutuhan akan TIK (ICT) sudah sangat menyelimuti kehidupan kita dalam berbagai aspek baik ekonomi, sosial, politik, pendidikan, kesehatan dan lain sebagainya.
Kita membutuhkan TIK untuk proses pembelajaran yang efektif, untuk semua hal, untuk kapan saja dan di mana saja.
https://youtu.be/hk444zN9dR0
BalasHapus